Tukang Bubur Naik Podium? Kenapa tidak
- Post AuthorBy Rina Na Kwartiana
- Post DateSat Apr 04 2020
Tukang bubur naik podium? Kenapa tidak
Itulah judul yang saya buat kali ini. Kenapa saya mengangkat soal tukang bubur? Karena buat saya tukang bubur yang satu ini memiliki prestasi yang luar biasa. Dulu sekitar tahun 2012, jika di salah satu stasiun televisi swasta ada sebuah sinetron yang berjudul ‘Tukang Bubur Naih Haji’ yang bertahan lebih dari 5 tahun, sekarang saatnya ‘Tukang Bubur Naik Podium’
Ini kisah nyata, bukan kisah yang mengada-ada atau kisah yang menjual kesedihan. Karena dengan membaca kisah ini, saya ingin membangun semangat pada yang lainnya untuk dapat juga berkarya.
Namanya Kholidin atau yang akrab dipanggil dengan sebutan bang Udin. Buat mereka yang berkantor di sekitaran gedung Sarinah Thamrin, pasti nggak asing dengan namanya.
Entah sejak kapan bang Udin mulai berjualan bubur, yang jelas kietika saya mulai bekerja di salah satu anak perusahaan Sinarmas tahun 1999, bang Udin sudah mulai berjualan. Gerobak bang Udin letaknya ada di trotoar jalan Sunda, persis di depan resto Bakmi GM.
Bubur bang Udin memang beda, tidak kental seperti bubur yang kebanyakan dijual, cenderung encer seperti bubur ala Chinese. Hanya bedanya, jika bubur ala Chinese menggunakan tongcai (sawi putih yang diiris halus dan diasinkan) dan tidak menggunakan kerupuk, bubur bang Udin justru sebaliknya, melimpah ruah dengan kerupuk dan tanpa tongcai.
Banyak artis yang jadi penyiar dari radio MRA Grup yang jadi langganannya seperti Sandy Andarusman, drummer PAS Band atau Rico Ceper. Bahkan banyak karyawan yang dulunya berkantor di sekitaran Thamrin, kemudian pindah kantor ke wilayah lain saja, masih sering datang untuk sekedar makan bubur bang Udin.
Prestasi bang Udin memang tidak main-main, jadi atlet panahan difabel nomer 1 di Indonesia. Difabel? Pasti semua bertanya-tanya. Ya bang Udin memang seorang difabel sejak tahun 2016 karena kecelakaan, dan mengharuskan vang Udin kehilangan tangan kanannya sebatas lengan. Tapi bang Udin tak patah semangat, dia bangkit dan tetap berjualan. Bahkan bang Udin tetap menyalurkan hobinya memanah, walaupun sekarang harus menggunakan gigi.
Karena kegigihannya, akhir Juni 2019 yang lalu, bang Udin berangkat ke Thailand untuk mengikuti kejuaraan The 13th Thailand Princess Cup Archery Tournamend 2019 dan menyabet juara 2 di nomor pemanah normal, karena menurut bang Udin, slot untuk pemanah difabel sudah penuh, sehingga terpaksa mendaftar untuk pemanah normal.
Juli 2019 bang Udin kembali terbang ke Malaysia untuk kembali mengikuti kejuaraan berikutnya di kejuaraan panahan Kejohanan Memanah Belia dan terbuka Perak 2019 dan menyabet juara 1. Dan itu lagi-lagi untuk kategori normal.
Prestasi bang Udin tak hanya sampai disitu, bang Udin kembali menyabet juara pertama kategori beregu yang diadakan oleh Korps Marinir pada Februari yang lalu.
Target bang Udin selanjutnya adalah menjadi juara di 2020 Asean Para Games di Philipines, namun dengan adanya wabah virus Covid-19, masih menjadi tanda tanya, pelaksanaan Asean Para Games akan tetap dilaksanakan atau diundur.
KEREN dan SANGAT MENGINSPIRASI.
Semoga saja bang Udin selalu sukses berprestasi dan tetap dapat mengharumkan nama Indonesia. Dan siapa tahu saja bang Udin bisa buka cabang buburnya di Luar Negeri. Aamiin.
Makasih banyak buat Nino Budiyanto yang sudah berbagi kisah tentang kehidupan bang Udin yang inspiratif.
• RINA •
Seseorang yang doyan makan, tapi bisa masak. Suka baca dan sedang belajar jadi penulis.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)