Untuk Emak-Emak yang Hobi Nyetir Sendiri
- Post AuthorBy Arako
- Post DateFri Oct 13 2017
Saya tergelitik dengan status FB seorang teman yang menceritakan pengalamannya menjadi saksi mata sebuah kecelakaan lalu lintas. Berawal dari sang pengemudi mobil yang menghidupkan lampu sein sebelah kanan, namun malah berbelok ke kiri. Sebuah sepeda motor yang berada tepat di belakangnya rupanya kaget hingga tabrakan tak terhindarkan.
Sang pengemudi mobil -yang notabene adalah seorang emak-emak- enggan disalahkan karena merasa sudah memberi isyarat lampu sein. Ketika diprotes soal sisi lampu yang salah, kalimat pedas justru terlontar dari ibu ini, “Suka-suka aku, dong. Mobil mobilku. Kok kamu yang sewot? Mau lampu mana yang kunyalain kan gak ada urusannya sama kamu. Sudah tua jalan gak pake mataaaaaaaaaaa….”
Belum lama ini, saya juga mengalami hal serupa. Bedanya, sang ibu bukan mengemudi mobil, melainkan motor matic. Beliau menghidupkan lampu sein kanan, namun malah berbelok ke kiri. Beruntung, saya yang berada tepat di belakangnya cukup menjaga jarak dan mengerem tepat waktu hingga tak sampai menabrak.
Fenomena “Emak Ratu Jalanan” seperti bukan hanya terjadi satu-dua kali. Banyaknya meme yang menyinggung keganasan kaum ibu di jalan raya menunjukkan hal ini terjadi cukup sering dan terjadi hampir di seluruh Indonesia. Bukan hanya mengesalkan, hal ini tentunya juga membahayakan keselamatan jiwa.
Saya tahu, tidak semua emak-emak bersikap demikian di jalanan. Banyak juga kok yang punya skill mengemudi hebat dan sangat patuh aturan lalu lintas. Tapi khusus untuk emak-emak tipe sein-kiri-belok-kanan ini, rasanya saya perlu mengingatkan sebelum jatuh korban lebih banyak.
Dear, Mak ….
Mata perempuan punya lebih banyak kerucut dalam retinanya dibanding laki-laki. Hal ini menyebabkan jangkauan penglihatan perempuan lebih lebar (hingga 180°), sementara pandangan laki-laki lebih tajam.
Selain itu mata lelaki ukurannya lebih besar dari mata perempuan, lalu otak menyusunnya seperti sebuah terowongan. Ini berarti, laki-laki bisa melihat lebih jelas, lebih tepat, dan lebih jauh. Mirip teropong. Sementara otak perempuan sudah di program untuk bisa memproses lebih banyak “gambar” dalam satu waktu.
Dengan fakta-fakta tersebut, adalah wajar jika kemampuan menyetir perempuan lebih terbatas. Perempuan lebih sulit fokus dengan kondisi jalanan karena otaknya bisa penuh dengan hal lain. Tangan pegang kemudi, tapi otak sibuk menghitung uang belanja bulan ini yang pas-pasan. Jempol sudah menggeser tombol lampu sein, tapi pikiran ke jemuran yang belum di angkat. Bukannya konsentrasi dengan kepadatan lalu lintas di depan mata, malah terbayang-bayang tulisan obral di depan toko pakaian yang barusan dilewati.
Sudahlah, Mak. Tidak usah memaksakan diri. Memang sih, ada perempuan lain yang jago nyetirnya. Tapi mungkin dia memang lebih terbiasa, jam terbang lebih tinggi, ikut kursus mengemudi profesional, dan yang pasti SIM-nya nggak nembak.
Cuma untuk emak-emak yang punya SIM saja belum, tolong pikir-pikir lagi. Nggak usah gengsi minta tolong suami atau anak. Kalaupun mereka sibuk, toh sekarang ada mamang ojek dan taksi online yang siap antar jemput. Semahal-mahalnya ongkos, itu tidak sebanding dengan nyawa yang bisa melayang kalau emak ditabrak atau menabrak orang.
Kalau masih nekat menyetir sendiri, jangan pernah balik nyolot ketika ditegur orang lantaran salah menghidupkan lampu sein. Itu asli menyeramkan. Dapatkanlah SIM sesuai prosedur, jangan nembak. Setidaknya segala keribetan membuat SIM itu menunjukkan layak atau tidaknya emak membawa kendaraan sendiri. Terakhir, sekeren-kerennya jilbab, tetaplah itu hanya sehelai kain. Jilbab sampai kapan pun tidak akan pernah mampu menggantikan fungsi helm. Jadi please, pakai helm-nya ya, Mak.
https://www.facebook.com/reminosisi/videos/10154240953899100/
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)