Khawatir Cacing dalam Sarden? Begini Penjelasan Dr Handrawan Nadesul
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateSat Mar 31 2018
Dr Handrawan Nadesul dalam post di akun FB-nya beberapa jam lalu menuliskan mengenai bagaimana kita seharusnya menyikapi geger isu adanya cacing di dalam ikan sarden atau mackarel dalam kemasan kaleng.
Berikut ini ulasannya.
Geger Ikan Sarden, Bagaimana Sikap Kita?
Geger ikan kalengan sarden bikin panik, karena ungkapan ada cacing. Istilah cacing ini menimbulkan rasa takut dan jijik, tentu sebagai sesuatu yang dibayangkan awam membahayakan tubuh. Apa siapa bagaimana sesungguhnya ihwal cacing dalam sarden ini?
Ikan kalengan awalnya hanya terbuat dari jenis ikan sarden, ikan berukuran lebih kecil. Namun kemudian berkembang dari jenis ikan lebih besar, salah satunya mackarel. Namun apa pun jenis ikannya, kalengan ikan tetap disebut ikan sarden.
Yang disebut cacing dalam ikan mackarel itu memang betul salah satu parasit pada ikan, yang bisa menginfeksi manusia. Namanya anisakis. Seperti parasit lain yang bersifat zoonosis, atau infeksi dari hewan yang bisa menulari manusia, anisakis melewat siklus hidupnya dari ikan laut, khususnya ikan yang carnivora, yang memangsa ikan kecil, udang, cumi.
Siklus hidup cacing anisakis melalui beberapa tahapan, dan tahap akhirnya menjadi larva pada tubuh ikan pemangsa. Di dalam tubuh ikan pemangsa, selain ikan mackarel, sering pada ikan selar, dan tenggiri.
Dalam tubuh ikan inilah larva kemudian lahir menjadi cacing dewasa, yang tidak hanya dalam pencernaan ikan bermukimnya, melainkan bisa menembus memasuki daging ikan juga. Maka cacing dewasa anisakis ditemui dalam daging ikan juga.
Manusia tertular cacing anisakis apabila menelan ikan yang positif mengandung cacing anisakis dalam keadaan hidup dan itu terjadi kalau mengonsumsi mentah, atau memasaknya setengah matang. Tidak terinfeksi apabila ikan sudah diproses pemanasan di atas sekurangnya 70 derajat C, atau pendinginan minus 20 derajat C.
Kita tahu proses pengalengan ikan apa pun sudah lebih dari 120 derajat C selain pada waktu pemancingan disimpan dalam suhu rendah. Mestinya, sekalipun ada ikan yang positif bercacing anisakis, cacing sudah tewas.
Menelan cacing tewas sama halnya seperti kita menelan ulat dalam petai, atau pada kangkung, atau sayur mayur, yang tanpa kita sadari. Atau sama saja dengan menelan goreng jangkrik, belalang, atau menelan ulat sagu mentah. Tidak ada makna penyakit, melainkan alasan jijik, dan estetika belaka. Sama sekali tidak mengganggu kesehatan. Dan kalau Menteri Kesehatan bilang menelan cacing mati anisakis hanya menambah asupan protein dari cacing, tidak perlu dicemooh atau kita jadi nyinyir, karena maksudnya supaya masyarakat tidak panik, dan beranggapan tidak menjadi soal sekalipun sudah menelan cacing anisakis yang sudah almarhum.
Ini posisi ilmiahnya. Sesungguhnya lebih penting kita mewaspadai kalau mengolah sendiri ikan selar dan tenggiri, dan tentu jenis mackarel, atau kebiasaan makan ikan mentah lain, yang jauh lebih berisiko, ketimbang kalengan sarden yang cacingnya sudah tidak berpotensi bikin penyakit.
Adapun penyakit yang ditimbulkan oleh cacing anisakis atau disebut anisakiasis berwujud reaksi alergi ringan berupa gatal-gatal sampai yang berat reaksi anaphylactic shock, sebagai salah satu gejala yang kita lebih mengenalnya sebagai keracunan ikan laut.
Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)