Skip to main content
Categories
BudayaGaya HidupHeadlineHiburanInspirasiKehidupanKeluargaKesehatanKesehatanLifehacks

Konsumsi Madu pada Bayi, Bolehkah Bunda?

Batuk, berikan madu. Bibir kering, berikan madu. Demam, berikan madu. Sariawan, berikan madu. Demi meningkatkan imun tubuh maka berikan madu. Apakah anda termasuk orangtua seperti itu, Bunda? Jika ya, maka mungkin anda harus segera hentikan kebiasaan itu dan mulai membaca artikel ini.

Madu merupakan nektar atau cairan manis kaya akan gula yang dikumpulkan oleh lebah madu, diolah dan disimpan dalam sarang lebah (Apis Mellifera). Madu mengandung karbohidrat, asam amino bebas, flavonoid, fruktosa, glukosa, sakarosa, mineral, vitamin dan berbagai enzim lainnya yang baik bagi tubuh dan kesehatan. Diketahui dari beberapa penelitian, madu memiliki manfaat sebagai antimikroba untuk melawan berbagai infeksi, sumber antioksidan bagi tubuh, antibiotik alami, dan kemampuan untuk mempercepat penyembuhan luka pada orang dewasa.

Lalu bagaimanakah dengan pemberian madu pada bayi dan anak-anak?

Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemberian madu kepada anak di bawah umur 1 tahun tidak diperbolehkan, terutama pada anak yang berusia 0 hingga 6 bulan. Konsumsi madu pada bayi di bawah 12 bulan dapat meningkatkan risiko tinggi terkena Infant Botulism (penyakit botulisme pada anak). Infant Botulism terjadi dikarenakan bayi mengkonsumsi spora atau racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium Botulinum. Meski terhitung jarang dan sering tidak terdiagnosis, kasus Infant Botulism merupakan salah satu penyakit yang dapat membahayakan nyawa.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa madu merupakan cadangan makanan dari spora Botulinum. Sehingga, secara epidemiologis dan mikrobiologis ditemukan bukti bahwa madu mengandung Bakteri C. Botulinum. Bayi yang berusia di bawah 12 bulan terutama 0 hingga 6 bulan belum memiliki flora normal atau bakteri baik pada usus sehingga belum dapat berkompetisi dengan spora yang masuk terutama spora C. Botulinum. Hal inilah yang menyebabkan bahayanya jika bayi berusia di bawah 12 bulan mengkonsumsi atau tertelan madu yang mengandung C. Botulinum. Selain itu, perbedaan PH pada saluran cerna, dapat membuat bakteri C. Botulinum hidup dan berkolonisasi di usus besar yang pada akhirnya akan menghasilkan toksin atau racun yang dapat menyebabkan Infant Botulism pada bayi.

Toksin bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan bayi ini akan menyerang sistim syaraf bayi sehingga menyebabkan kelemahan otot atau hipotonia. Ini terjadi dikarenakan reseptor pada toksin bakteri menyebabkan blokade terhadap penghantaran serabut syaraf kolinergik tanpa mengganggu syaraf adrenergik, blokade inilah yang menyebabkan terhambatnya pelepasan asetilkolin yang dapat menghambat hantaran syaraf di tubuh.

Gejala pada bayi yang mengalami Infant Botulism antara lain :

  • Lesu dan lemas
  • Sesak Nafas
  • Malas menyusu atau sulit menelan
  • Konstipasi atau sembelit
  • Ptosis atau kelopak mata yang sayu
  • kelumpuhan

Infant botulism dapat membahayakan nyawa jika terjadi kelemahan otot nafas. Segera bawa bayi anda ke dokter terdekat jika mengalami gejala gangguan nafas seperti sesak nafas.

Lalu bagaimana dengan anak di atas usia 1 tahun dan orang dewasa? Hal ini jarang menyebabkan masalah dikarenakan flora normal yang sudah dapat bersaing dengan bakteri C.Botulinum. Sebenarnya, bakteri C. Botulinum dapat ditemukan di tanah, debu, udara, dan dasar laut. Bakteri ini tidak berbahaya jika pada lingkungan yang normal. Namun, akan mengeluarkan toksin atau racun pada keadaan dimana kekurangan oksigen. Selain madu, pada anak yang lebih besar dan orang dewasa perlu memperhatikan makanan kaleng atau botol yang tidak dikemas dengan baik yang bisa saja terdapat C. Botulinum, untuk itu pastikan anda memasaknya dengan matang atau memanaskannya. Luka yang tidak dirawat dengan baik, dapat menyebabkan masuknya bakteri C. Botulinum, pastikan anda memperhatikan luka Anda dan menjamin kebersihannya.

Oleh karena itu, sebaiknya bayi usia 0 hingga 6 bulan hanya diberi ASI (Air Susu Ibu) dan 6 bulan hingga 12 bulan diberi ASI dan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Untuk menambahkan rasa manis pada makanan bayi hindari penggunaan madu dengan menggantinya menggunakan sari buah alami.

Meski tidak semua bayi yang mengkonsumsi madu terkena Infant Botulism, tak ada salahnya untuk mencegahnya. Sebab :

” Mencegah lebih baik daripada mengobati”

***

Hi! Semoga bermanfaat, jika ingin bertanya seputar masalah diatas ataupun masalah kesehatan lainnya, silahkan tinggalkan pertanyaan anda di kolom komentar atau reach me on my email : [email protected]. Sedikit info, penulis merupakan seorang mahasiswi profesi Kedokteran tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Saat ini sedang belajar bagaimana caranya agar dapat bermanfaat bagi orang lain.  🙂

Sedikit pesan penghibur untuk Bunda:

“Jangan lupa konsumsi madu, karena itu baik untuk kesehatan, asal jangan mau dimadu. Itu dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, terutama kesehatan hati. :D”

Reference:

-Abdulla,C.O. et al. Infant Botulism Following Honey Ingestion. BJJ Case Rep. 2012; PMID:22962382 doi:10.1136/bcr/11/2011/5153 (diakses pada 13 Juli 2020)

-Cagan,E. et al. Infant Botulism. Eurasian J Med. 2010.Aug;42(2):92-94 doi:10.5152/eajm.2010.25 (diakses pada 13 Juli 2020)

-Samarghandian,S. et al. Honey and Health: A Review of recent Clinical Research. Pharmacoginosy Res. 2017 Apr-Jun;9(2):121-127 (diakses pada 13 Juli 2020)

-Smith, JK. et al. The Hazards of Honey:Infantile Botulism. BMJ Case Rep. 2010. Sep; doi:10.1136/bcr/05.2010.3038

-Horn, NL and Megan Street. Infantile Botulisme. 2020. Statpearls

-IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). 2016. Tepatkah Madu Diberikan pada Bayi.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends