Mendeteksi Awal Pneumonia, Pembunuh Nomor Satu Pada Anak
- Post AuthorBy Dian Yulia
- Post DateSat Dec 09 2017
Awal November kemarin, bayi saya yang baru berusia 3 bulan berpulang ke Sang Pencipta karena sakit pneumonia dan sudah mengalami sepsis (peradangan akut) padahal sebelumnya ia sehat-sehat saja dan tidak pernah ada keluhan sakit. Demi mencegah penyakit ini meluas dan menyebabkan kematian yang serupa, saya tulis cara mendeteksi awal pneumonia.
Apa itu pneumonia?
Radang paru akut yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Pada pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan.
Saat ini pneumonia adalah salah satu penyakit pembunuh nomor satu berbagai anak-anak di dunia. Penyakit ini lebih mematikan untuk anak dibanding diare, malaria, AIDS/HIV atau campak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan penyakit ini memicu 15% dari seluruh kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memperkirakan sekitar 800.000 orang anak di Indonesia terkena pneumonia. Diperkirakan setiap 20 detik, 1 dari 6 orang anak meninggal karena infeksi paling mematikan ini.
Siapa saja yang beresiko?
Semua orang bisa beresiko terkena pneumonia. Namun, resiko paling tinggi ada pada:
- Bayi dan balita di bawah usia 2 tahun
- Lansia diatas 65 tahun
- Perokok, bukan hanya merugikan diri sendiri, namun juga orang lain.
- Orang dengan sistem imun rendah
- Pengidap penyakit kronis, terutama penyakit saluran pernapasan
- Pasien di rumah sakit pengguna ventilator
Bagaimana gejalanya?
Gejalanya bervariasi, berdasarkan tingkat keparahan, dipengaruhi oleh bakteri pemicu infeksi, usia dan kondisi kesehatan pengidap. Umumnya gejala yang terjadi adalah demam diiringi dengan batuk kemudian memburuk menjadi sesak. Sesak pada anak ditandai dengan napas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam. Mengenali tanda sesak ini penting bagi orang tua ataupun pengasuh anak. Jika ditemui gejala ini, anak bisa segera mendapatkan penanganan cepat dan tepat.
Bagaimana cara menghitung napas anak?
Berdasarkan artikel yang saya kutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Cara menghitung napas anak dapat dilakukan dengan meletakkan tangan orangtua atau pengasuh pada dada anak dan menghitung gerak napas anak dalam 1 menit. Napas anak dikatakan cepat apabila frekuensi napas anak lebih atau sama dengan 60 kali permenit pada anak berusia < 2 bulan, lebih atau sama dengan 50 kali per menit pada anak berusia 2 bulan hingga 11 bulan, dan lebih atau sama dengan 40 kali per menit pada anak berusia 1 tahun hingga 5 tahun. Bila napas anak cepat disertai dengan tarikan dinding dada ke dalam, dapat pula disertai dengan gejala kepala seperti mengangguk-angguk ketika bernapas dan/atau kebiruan pada bibir, maka pada anak tersebut terdapat kondisi sesak napas.
Pada bayi berdasarkan pengalaman saya bisa dideteksi awal dari cuping hidungnya yang bergerak cepat melebihi biasanya. Tidak melulu anak rewel atau demam. Demam diatas 37 derajat mengindikasi bahwa dalam tubuh sudah terjadi infeksi. Karenanya demam adalah alarm alami tubuh dalam melawan kuman, bakteri atau virus.
Apa yang harus dilakukan jika anak positif sesak?
Segera larikan ke Rumah Sakit terdekat. Masukkan Unit Gawat Darurat (UGD) karena jika anak gagal napas, resikonya nyawa. Setiap detik dan tarikan napasnya berharga. Di dalam Rumah Sakit anak atau pasien pneumonia akan diberikan oksigen dan dibantu oleh obat-obatan melalui infus. Hal ini penting untuk mencegah anak dehidrasi.
Mengenali gejala dini pneumonia bisa menurunkan resiko kematian bagi anak. Semakin cepat tertangani, semakin baik.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)