Skip to main content
Categories
Gaya HidupHeadlineHer StoryInspirasiKehidupanKemanusiaanKesehatanLifehackUneg-unegWoman Talks

Menjadi Vegetarian, Eva Celia Justru Dijauhi Banyak Orang

Setiap orang memiliki pola makan yang berbeda-beda. Entah memang karena selera atau kebutuhan tubuh masing-masing. Hal serupa terjadi pada Eva Celia, anak dari aktris cantik Sophia Latjuba. Memutuskan untuk mengkonsumsi makanan nabati, alasan gadis ini bukan sekadar mengikuti tren, melainkan pengobatan hormon.

Selain menahan diri dari makanan favorit berunsur hewani seperti gluten (pasta dan bakmi), Eva dihadapkan pada tantangan lain. Orang-orang di sekitar gadis multitalenta ini perlahan-lahan menjauh. Kok bisa, ya? Padahal tidak ada yang dirugikan, bukan?

Belum genap setahun menjadi vegetarian, Eva Celia mengaku sudah mendapatkan dampak positif. Dia merasakan kualitas hidup menjadi lebih baik. Alissa Vitti adalah seorang hormone guru yang memberikan pemahaman bahwa melalui makanan, seseorang bisa melakukan pengobatan.

Adapun alasan lain yang mendasari Eva Celia untuk menjadi seorang vegetarian yaitu kepedulian terhadap hewan. Sebagai bentuk kampanye, dia membagikan informasi mengenai gaya hidup sehat tersebut serta proses pemotongan hewan yang cukup sadis. Berkat hal itu, dia kehilangan banyak pengikut di Instagram.

Wajar memang, karena tidak semua orang tahan melihat kegiatan yang berdarah-darah seperti itu. Namun, kalau orang-orang di sekitar ikut-ikutan menjauhi? Eva Celia mengatakan, “They slowly detached themselves from me because of how I eat.”

Mungkin maksud mereka sebagai bentuk toleransi, ya. Ketika bersama, mau makan apa, Eva malah tidak bisa. Hm, tapi tidak begitu juga, sih. Selain memberi dukungan, singkirkan ‘batasan’ itu. Vegetarian bukan sesuatu yang aneh, melainkan menahan hawa nafsu untuk kepentingan tubuh.

Di sisi lain, kesadaran diri untuk mengubah pola makan semata-mata untuk kebaikan tubuh dan merasa mempunyai hubungan dengan ciptaan Tuhan lain (binatang) adalah segelintir ciri mengalami spiritual awakening, menuju super human. Kalau mengarah pada hal positif begini, apa wajar seseorang dijauhi?

Meski berbeda dari mayoritas, karena tidak semua orang mengalami, tetap rangkul. Toleransi bukan menjauhi, tapi menghormati. Selama tidak menjerumuskan ke hal-hal buruk, kenapa tidak ikut mencoba atau at least dalam keadaan tertentu?

HG

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends